Sabtu, 16 April 2011

Ludahmu Kutelan Sudah


13029522221177624560


Sudah kuamati dari kemarin tapi rasanya baru sekarang,
ternyata sebilah tajam pongah telah menancap jantungku lengah.
Tidak kuketahui ketajaman siapa, namun dari bentuknya kuingat sebaris aksara:
Asmaraku abadinya mati oleh tipu daya tak terduga.

Durjananya diri menyumpah menyampah beribu maki nista seliar ular,
”Kau salah, kau durhaka, kau celaka!”
Tanpa pernah kuinsyafi, tertikam punggung ini
karena waspada hati meloloskan diri.

Aku lengah, sangat lemah, melena dalam tipu-tipu paras jelita.
Tapi terimakasih tak terkira kepada ramuan sakit dari sari terbitan matahari
yang jauh hari lebih dulu kutenggak sebelum darahku meledak.
Gelap remang-remang yang seharusnya menyekapiku jadi tidak ada,
melainkan benderang warnaku menganga hingga mataku terpesona.

Tiada perlulah sesal berpetuah bijak
pun cakap maaf memelas.
Segalanya kuterima selayak garis
yang setiap titiknya harus kutuai hingga tuntas.

Satu hidup kurengkuh sudah.
Satu lagi langkah dewasa telah kutempuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar