Sabtu, 29 Januari 2011

tvOne: LAPAN: Crop Circle di Sleman Buatan Manusia - Kabar Petang

tvOne: LAPAN: Crop Circle di Sleman Buatan Manusia - Kabar Petang

tvOne: Menteri Agama: Islam-Demokrasi Tak Bertentangan - Sosial Budaya

tvOne: Menteri Agama: Islam-Demokrasi Tak Bertentangan - Sosial Budaya

tvOne: Menteri Agama: Islam-Demokrasi Tak Bertentangan - Sosial Budaya

tvOne: Menteri Agama: Islam-Demokrasi Tak Bertentangan - Sosial Budaya

JE Sahetapy: Bersihkan


JE Sahetapy


Jakarta - Jaksa Cirus Sinaga telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri dalam pembocoran dokumen rencana penuntutan (Rentut) Gayus Tambunan. Sebelumnya, seusai menerima vonis, Gayus Tambunan pun bernyanyi soal berlarut-larutnya proses hukum Cirus Sinaga. Kasus si jaksa berlarut-larut karena ia memiliki kartu truf dalam kasus Antasari Azhar.

Tentunya apa yang terjadi dalam kasus Antasari, Gayus dan Cirus ini membuktikan begitu amburadulnya penegakan hukum di Indonesia. Ini juga menunjukkan begitu perkasanya mafia hukum dan peradilan saat ini. 

Pengamat dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia JE Sahetapy menyatakan, kasus ini membuktikan betapa kepolisian dan kejaksaan telah terkotaminasi begitu lama oleh mafia hukum.

Oleh karena itu, sebelum memberantas mafia hukum ini, menurut Sahetapy, oknum dan tikus-tikus jenderal di Polri dan Kejaksaan harus dibersihkan dahulu. "Saya selalu katakan, ikan yang busuk itu ada di kepalanya bukan di ekornya. Bau busuk tidak dirakyat, tetapi di kepala-kepala di atasnya itu. Jadi harus dipotong," katanya.

Sahetapy juga mengakui, amburadulnya penanganan kasus ini merupakan akibat dari ketidaktegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penegakan hukum. Ia pun membandingkan kepemimpinan Presiden Soeharto di era Orde Baru. Walau Soeharto otoriter dan diktator, tapi memiliki arah tujuan yang jelas. Beda dengan Presiden SBY yang mengedepankan berpolitik santun dan pencitraan, tapi membuat rakyat bingung, karena tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.

Berikut wawancara detikcom dengan JE Sahetapy yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Hukum Nasional (KHN) di kantornya Jl Diponegoro No 64, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/1/2011).

Bagaimana bapak melihat perkembangan kasus Gayus Tambunan ini?

Kalau soal kasus Gayus Tambunan ini ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Kalau bagi saya, sebagai mantan pendidik, persoalannya bukan percaya atau tidak. Tetapi sebaiknya dibuka apa yang telah dikatakan Gayus ditelusuri dan diselidiki saja. 

Kalau ternyata ada dasar hukumnya harus dijadikan bahan penyidikan, tapi jangan apriori langsung ditentang. Saya kok melihat ada masalah, ada yang mengatakan dia bohong atau penjahat besar, tapi kita harus obyektif mengkaji pernyataan dia.

Baik juga soal rekayasa kasus Antasari, seperti yang dikatakan Gayus. Karena saya membaca di media massa, soal peristiwa pembunuhan itu, khusus saat penembakan. Dari hasil dokter forensik memang diragukan, peluru tidak sama, tembakan tidak sama antara tembakan jarak dekat atau jarak jauh. 

Begitu juga untuk kasus pajak yang menyebabkan Gayus disuap juga harus diungkap kembali. Saya kurang sepakat kalau kasus Gayus ini dikatakan sebagai kasus gratifikasi, tapi ini kasus penyuapan.

Saya kira, polisi dalam kasus ini juga telah terkontaminasi dengan mafia hukum, meskipun saya belum bisa membuktikannya. Bagi saya agak mengherankan, Gayus kok bisa pergi ke Bali, Macau, Singapura, kok polisi tidak tahu, itu bagaimana?

Menurut saya, apakah kita sudah begitu bodoh sampai tidak tahu lagi. Dan yang harus bertanggung jawab, bukan hanya yang bertugas di Rumah Tahanan Markas Brimob Mabes Polri di Kelapa Dua, Depok saja. Tetapi para pejabat Polri yang berada di tingkat dua sampai tiga mereka yang harus bertanggung jawab.

Sudah begitu parahkan mafia hukum bekerja sehingga keadilan sulit digapai?

Kalau soal mafia hukum ini sejak tahun 2000, saya mengatakan bahwa hukum di Indonesia ini sudah amburadul. Pada saat itu sudah ada mafia, cuma mainnya belum sampai sebesar ini. Ini kan baru begitu membahana ketika ribut soal Cicak dan Buaya. Saya bilang kok bisa Cicak dan Buaya. Kalau Cicak kan biasa hidup di rumah orang miskin sampai istana. Kalau Buaya itu kan makannya bangkai. Kalau polisi itu dikatakan buaya, ya silakan saja.

Tapi menurut saya, kalau kita mau memberantas betul-betul mafia hukum ini. Pertama-tama hasus dimulai dengan membersihkan oknum-oknum dan tikus-tikus berbintang di lingkungan Polri dan Kejaksaan. Kalau kita mau kembali ke negara hukum, saya aneh, kalau di dalam konstitusi tidak disebut, begitu juga setelah amandemen, kok Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.

Apakah Satgas Mafia Hukum ini bisa dibenarkan dari segi hukum, baik dari teori tata negara maupun teori-teori hukum yang lain, apa itu dibenarkan? Saya terus terang setelah mengikuti sepak terjang Profesor Denny Indrayana (Sekretaris Satgas Mafia Hukum) berpikir secara lugas apa tidak? Tapi yang paling merisaukan saya ini adalah Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum (Kuntoro Mangkusubroto) itu bukan seorang sarjana hukum, tapi cuma doktor dan insinyur biasa. Begitu juga dengan Denny Indrayana,yang hanya hukum tatanegara saja, bukan ahli hukum pidana. Mestinya dia (Denny) pola permainannya tidak begitu cantik.

Betulkah kalau kasus Gayus ini dibongkar akan menimbulkan instabilitas politik terganggu, mengingat banyak pejabat tinggi terlibat?

Saya kira tidak, saya berpendapat ini tidak mengganggu. Kalau kita ikuti perkembangan akhir-akhir ini, justru sebenarnya masyarakat ini sudah kesal dan sebal dengan keadaan ini. Politic is not about power and domination, but about truth, politik bukan tentang kekuatan dan kekuasaan, tapi tentang kebenaran.

Politik itu sebenarnya memiliki makna dan hakiki seperti itu. Tapi politik di Indonesia itu sudah sedemikian rupa direkayasa dan orang lupa dengan kebenaran. Celakanya, ketika orang berbicara tentang kebenaran, maka lawan kebenaran itu adalah kebohongan. Dan, ketika orang berbicara kebohongan, pemerintah lalu marah. Kalau pemerintah ini betul-betul memiliki komitmen terhadap kesejahteraan rakyat, maka sebetulnya pemerintah tidak boleh marah, tapi menanyakan apa saja yang belum terpenuhi.

Kembali ke masalah Gayus. Saya juga heran kepada Presiden sejak dulu. Kenapa tidak memanggil Kapolri yang lama saat dijabat Bambang Hendraso Danuri (BHD) dan yang baru (Timor Pradopo) untuk memberikan ultimatum, tidak hanya instruksi. Saya kira memberikan ultimatum, bukan sebagai bentuk intervensi presiden dalam persoalan hukum. Karena Polri dan Kejaksaa Agung itu berada di bawah Presiden.

Saya sudah mulai curiga, ketika masalah penangkapan dua anggota KPK oleh Polri, lalu dikeluarkan P-21. Tiba-tiba lalu dijadikan SP3, lalu deponeering, tapi di Belanda sekarang ini justru seponeering. Rupanya Kejaksaan itu tidak mengikuti perkembangan hukum di sana.

Lalu kenapa Presiden seperti membiarkan polisi dan jaksa kerja seenaknya?

Itu menurut hemat saya, Presiden itu memang begitu sangat pintarnya, kalau kata orang Jawa,saking keminternya. Makanya saking pinternya, orangnya terlalu banyak memikirkan. Orang kalau terlalu banyak memikir akan sulit mengambil keputusan. Kalau Saya ini bekas pendidik, jadi melihatnya seperti itu.

Kalau anda melihat seorang wanita ini, bimbang. Lalu lihat wanita lainnya bimbang, lihat yang lainnya bimbang lagi, akhirnya mendapatkan wanita yang jelek. Mestinya jangan terlalu banyak pertimbangan dan ragu-ragu, apalagi bagi seorang jenderal.

Saya membaca cerita Jenderal Eisenhower itu, hanya diberikan briefing, kondisi cuaca, musuh dan lain-lain, lalu ambil keputusan. Tidak ada lagi perhitungan sekian mati, sekian berhasil. Tetapi kalau timbang sana, timbang sini, apalagi kalau orangnya punya hidung pinokio wah lebih repot lagi.

Ketidaktegasan Presiden ini membuktikan keterlibatan Istana dan pejabat tinggi dalam kasus ini?

Saya kurang tahu soal itu, bukannya saya takut menjawab. Yang saya tahu, ada keterlibatan secara langsung dan tidak langsung, yang saya ikuti dari sejumlah media massa, justru dalam kasus Bank Century. Tetapi itu harus dibuktikan lebih lanjut lagi. Menurut hemat saya, kalau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) turun dan memeriksa semua pembukuan, termasuk di Bank Indonesia, saya kira itu akan ketahuan dan terbuka.

Karena setiap keluar masuk uang BI itu kan tentunya dicatat dalam pembukuan di BI. Malah rekening uang dan nomor uang keluar masuk itu dicatat. Saya merasa para anggota dewan terhormat, wakil-wakil rakyat ini terlalu banyak ngomong. Mungkin karena hidup di gedung yang miring, maka pikirannya juga miring.

Presiden yang tak bisa memberikan tekanan kepada polisi dan jaksa ini, apakah bisa dikatakan Istana terlibat dalam kasus-kasus ini, seperti untuk menyingkirkan Antasari Azhar?

Kalau gosip di luar begitu, tapi saya tidak bisa bilang gosip itu benar. Kalau gosip di kalangan akar rumput seperti itu, terutama setelah Gayus secara tegas mengambil sikap bertalian dengan Presiden. Bahkan ada gosip di luar, yang hal-hal saya tidak berani berbicara dan mengomentarinya di sini. Ada yang mengatakan sampai sedemkian rupa.

Saya tanya apa betul ke teman? Iya pak betul. Apa anda dekat dengan Presiden? Oh tidak Pak, tapi ini sudah menjadi cerita. Nah itu yang saya khawatirkan, cerita dari mulut ke mulut itu biasanya berbunga. Kalau orang meminjam uang, tidak suka membayar rente (bunga). Tapi pinjam omongan, malah suka tambah rente (bunga), itu repotnya di situ. Jadi saya tidak bisa kasih komentar soal itu, bukan takut, tapi saya belum yakin tentang kebenaran cerita-cerita itu.

Lalu solusinya agar kasus-kasus ini diselesaikan tuntas?

Menurut hemat saya, semua itu tergantung dari Presiden sendiri. Kalau bapak Presiden tidak membuat masalah ini clear atau jelas, saya kira akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita bersama. Presiden harus ingat, dia mengabdi bukan supaya dia selamat, tapi agar rakyat jadi sejahtera dan selamat. Presiden itu jadi presiden itu untuk jadi siapa? Supaya rakyat sejahtera dan selamat. Kalau mas tanya, berapa honorarium saya? Saya tidak akan jawab, karena hal-hal seperti itu masih tabu dan tak etis.

Saya tidak tahu apakah presiden itu keperucut atau ada maksud tertentu. Hey tentara, kamu saya naikan, walau saya tidak. Saya kira, bagi orang bijak tidak akan ngomong seperti itu. Orang boleh pintar, tapi belum tentu bijak.

Hanya orang yang pintar dan bijak baru bisa melakukan hal-hal yang bisa diterima masyarakat. Tapi sekadar pintar dan punya gelar macam-macam, tapi tidak bijak buat apa.

Kebijakan itu sangat penting, tak hanya dalam kehidupan masyarakat, tapi politik juga. Nah, setelah Gayus ngomong itu, munculah macam-macam di DPR. Mungkin Presiden lalu khawatir tentang kompromi selama ini dengan partai politik lainnya, seperti Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan lain-lainnya.

Setelah divonis Gayus bernyanyi soal Jaksa Cirus Sinaga, ini bagaimana?

Kalau soal Cirus Sinaga, terus terang saja, saya tidak begitu respect sama dia. Karena saat dia jadi jaksa menangani Antasari Azhar, semua omongannya, tuduhannya dan tuntutannya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang beradab. Dia gali lubang untuk orang lain seenaknya, sekarang dia terperosok sendiri ke dalamnya.

Saya terus terang dan berpikir bahwa Kejaksaan itu sebetulnya sudah lama terjadi pembusukan di sana. Tidak hanya di Kepolisian tapi juga Kejaksaan. Apalagi di pengadilan. Saya selalu katakan, ikan yang busuk itu ada di kepalanya bukan di ekornya. Bau busuk tidak di rakyat, tetapi di kepala-kepala di atasnya itu. Sehingga Adnan Buyung Nasution dulu saat zaman Presiden Soeharto bilang ke saya, jadi Sahetapy, kepalanya yang dipotong? Anda yang katakan bukan saya sambil tertawa.

Begini waktu zaman Pak Harto, meskipun pemerintahannya diktator, tapi kita tahu arahnya. Tapi sekarang ini dengan politik yang katanya penuh kesantunan dan pencitraan, kita malah bingung, mau dibawa ke mana kita ini. Jadi yang kita minta dari Presiden sekarang ini, kalau bisa tegas, baik terhadap kepolisian maupun kejaksaan. Dia harus back up juga KPK jangan ragu-ragu.

Saya gatal juga ketika dia bilang, saya tidak mau intervensi. Ya kalau tidak mau intervensi, polisi dan jaksa jangan di bawah beliau saja. KPK kan dibentuk UU, sehingga Presiden tak bisa intervensi, kalau satgas yang dibentuk Instruksi Presiden (Inpres) sebenarnya tidak jelas dan tidak ada di dunia mana pun satgas-satgas seperti itu. Menurut hemat saya, sesuai UU, Kejaksaan dan Polisi bisa langsung diintruksikan dan ditugaskan oleh Presiden, ayo kerjakan ini, lakukan itu, tugaskan. Kalau lepaskan ini, tahan itu, ya itu nggak boleh, itu namanya intervensi. 

The Macalope Weekly: FUD. It's what's for dinner


[Editors’ Note: Each week theMacalope skewers the worst of the week’s coverage of Apple and other technology companies. In addition to being a mythical beast, the Macalopeis not an employee of Macworld. As a result, the Macalope is always free to criticize any media organization. Even ours.]
Apple cannot confirm or deny that it hired a security expert, but the Macalope hopes it’s true. Meanwhile, Microsoft’s parents apparently never told the company that if you don’t have anything nice to say (or sell) then you shouldn’t say (or sell) anything at all. And RIM’s come up with a killer plan to save the BlackBerry. The only question is who it’s going to kill.

Eat your vegetables!

Apple quietly hired security expert David Rice this week. Of course, the only ways to hire someone who used to work at the NSA are “quietly” or “noisily killing everyone who might know.” Quietly was probably a good choice on Apple’s part.
This is a move the Macalope’s hoped Apple would take for years. He’s never been impressed with the company’s sometimes unserious approach to security.
Every time the Macalope brings up security, someone in the comments goes off about the inherent security superiority of OS X because Unix doodily doody doo-doo and the fact that Apple showed a 5-slide deck about security at WWDC last year means it’s clearly on top of it and shut up, shut up, SHUT UP. Admittedly, the Macalope’s no security expert. That’s why he relies on the opinions of people who know what they’re talking about. Like his pal Rich Mogull.
Over at TidBITS this week, Rich has a terrific look at Apple and Microsoft’s position on security over the last 10 years. Like the horny one, Mogull hopes Rice’s hiring is a sign that Apple’s found religion on security (which the Macalope understands involves special underwear, animal sacrifice, and a monkey).
Recent moves by Apple, especially the hiring of prominent security experts like David Rice (the author of Geekonomics), and Window Snyder (former head of security for Mozilla), combined with product updates, indicate that Apple may be quietly, yet significantly, improving their security capabilities.
While the Macalope wants to see Apple protect its users, he doesn’t buy the doomsday scenarios either. But that doesn’t mean the company shouldn’t prepare for the worst. Mogull explains the real threat:
The real issue isn’t Mac vs. Windows, but Mac and Windows 7 vs. Windows XP. Once attackers face two hardened platforms, instead of two hardened platforms and a diamond-filled defenseless baby slug, that’s when market share starts to really matter.
Who knew we might miss XP when it’s gone? Well, other than from the butt-of-our-jokes angle.
OK, enough vegetables.

Who likes red meat?!

After years of struggling to bring tablets to the masses, it finally looks like our friends over at Microsoft have come up with their iPad killer: a PowerPoint deck! After all, FUD is their core competency.
One slide questions how an enterprise could secure corporate intellectual property and mitigate against lost and stolen iPads. Another slide, titled “What customers are telling us about the iPad,” dismisses the iPad as “poor for data creation” and as having “limited enterprise manageability, security, hardware and support”.
Microsoft’s solution, on the other hand, was rated high by people who wanted to use a mouse with their tablet, enjoy the time the boot-up cycle affords them to get a cup of coffee or take up macramé, and those who are simply filled with self-loathing.
It then suggests a number of points that could be used as a plan of action for approaching enterprise clients that are not already committed to the iPad, then strategies for approaching those that are.
“The first step is to latch onto their leg and start crying. And, whatever you do, don’t let go no matter how hard they shake.”
Apparently the company has finally started noticing Apple sitting in the cafeteria eating out of a brown paper bag with “Microsoft” written on it with an El Marko by Microsoft’s mom.
The company saw some of the PC sales volume being replaced with tablets and sometimes ultraportables. As tablets were secondary devices that weren’t direct computers, they had created a “little bit of a drag” on the market, the company said.
Oh. Really. “Tablets.” Wonder who sells these so-called “tablets”? Probably lots of companies in equal proportions.
You have to feel a little sorry for Microsoft. They’ve tried several times in the last 10 years to score a basket with different tablet strategies. Then Apple walks in and sinks a behind-the-back shot from down court. That’s gotta hurt.

No à la carte orders

InfoWorld’s Galen Gruman reports that Microsoft isn’t the only one seemingly struggling with the tablet thing.
Where the PlayBook differs from every other tablet, real or announced, is that it must be tethered to a BlackBerry (via Bluetooth) to access secured services such as email and VPN access that a business would make available via BlackBerry Enterprise Server (BES).
Brilliant. The Macalope sees no way this “enterprise customers must buy two devices” plan could possibly fail.
RIM’s plan also is meant to tempt companies to (re)standardize on BlackBerrys, given that BES can’t manage other devices; it’s a ham-fisted approach to try to reverse the BlackBerry exodus now occuring in business.
Yes. When your girlfriend is leaving you because this guy she met is more dynamic, gives her more freedom to be herself and, frankly, is just better looking, it’s always a good idea to turn into a control freak. That’ll get her back!
The Macalope wonders if anyone at RIM told Deutsche Bank about this plan.
International financial firm Deutsche Bank should be opting for the iPhone over its previous smartphone of choice, the BlackBerry, says an analyst with the company’s Equity Research group, Chris Whitmore.
Well, gosh, that’s sure going to be awkward when they go to deploy the PlayBook!
Like the Macalope, Gruman wonders if RIM’s crazy like a fox or just plain crazy like a freakin’ crazy person.
My conversations with RIM execs leads me to believe that the real impetus behind the PlayBook strategy was to bolster the BlackBerry in business while having a product that would fly in the consumer market. But those same conversations gave me little sense that RIM has thought through what it takes to accomplish this goal in either market.
Really? Gosh, their executives sound so on top of it in their interviews.
He isn’t making any sense at all. Quite literally, we don’t know what Mike is talking about right now.
No, the Macalope’s never going to stop quoting that interview because it’s just too funny.

Butet: Prioritaskan Rakyat Kecil, Bukan Kenaikan Gaji Pejabat

Budayawan pemerhati pemerintah, Butet Kertarajasa, meminta pemerintah memprioritaskan perhatian terhadap nasib rakyat kecil. Butet heran pemerintah justru sibuk mempersiapkan kenaikan gaji pejabat negara.

"Masih banyak persoalan yang lebih penting daripada ngurusin kenaikan gaji pejabat. Harusnya yang diprioritaskan itu rakyat kecil," ujar Butet kepada detikcom, Minggu (30/1/2011).

Hal ini disampaikan Butet menanggapi rencana Kemenkeu menaikkan semua gaji pejabat negara. Kemenkeu juga akan menaikkan gaji wakil rakyat di DPR. Menurut Butet, pemerintah seharusnya memprioritaskan anggaran untuk fasilitas rakyat kecil. Sarana pendidikan dan kesehatan di daerah juga masih banyak yang kurang mumpuni.

"Bagaimana agar petani mendapat pupuk murah, pendidikan murah, akses kesehatan mudah, harga obat murah, pedagang kecil dibuatkan kredit tanpa bunga, itu jauh lebih penting," imbaunya.

Lebih dari itu, menurut Butet, gaji pejabat negara di Indonesi sudah lebih dari cukup. Sehingga, menurutnya, tak perlu ada kenaikan gaji dalam waktu dekat.

"Pejabat itu ngakunya gajinya kecil. Presiden itu gajinya RP 62 juta tapi dana taktisnya Rp 2 milyar, itu saja masih mengeluh. Lebih baik bagaimana memperhatikan nasib TKI yang masih sengsara di Arab Saudi," tandasnya.

Presiden Akhiri Kunjungan Kerja di Swiss

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan meninggalkan Swiss untuk kembali ke tanah air. Pesawat Kepresidenan Garuda Indonesia Airbus A 330-300 yang membawa rombongan Presiden dijadwalkan bertolak dari bandara Internasional Zurich, Swiss, pada Sabtu sore pukul 16.00 waktu setempat atau pukul 22.00 WIB.

Rombongan Presiden dijadwalkan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Minggu pagi. Sebelumnya, pesawat yang ditumpangi SBY akan transit di Dubai, Uni Emirat Arab, 

Sebelum berangkat, Presiden Yudhoyono direncanakan memberikan keterangan pers tentang hasil kunjungan ke India dan Swiss pada 24-29 Januari 2011 di Hotel Radisson Blu, Zurich.

Presiden berada di Swiss untuk menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos pada 27-28 Januari 2011.

Kepala Negara menyampaikan pidato khusus pada hari pertama WEF dan menjadi panelis dalam diskusi bertema pembangunan berkelanjutan bersama dengan Presiden Meksiko Felipe Calderon dan Presiden Finlandia Tarja Halonen pada hari kedua.

Presiden Yudhoyono juga menjadi pembicara dalam diskusi bertema revitalisasi perdagangan dunia bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Direktur World Trade Organization (WTO) Pascal Lamy pada hari kedua WEF.

Di Swiss, Presiden juga menggelar pertemuan bilateral dengan kepala negara/pemerintahan negara sahabat yaitu dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, Presiden Konfederasi Swiss Micheline Clamy Red, Perdana Menteri Inggris David Cameron, dan Perdana Menteri Belgia Yves Leterme.

Presiden juga menerima kunjungan kehormatan dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Ban Ki-Moon, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Di Davos, Presiden juga menghadiri Indonesia Night yang digelar oleh Kementerian Perdagangan guna mempromosikan Indonesia kepada kalangan pengusaha dunia yang menghadir

Tenang dan Damai ….


OPINI | 30 January 2011 | 00:47 Nihil

Pagi seolah-olah hari yang di nanti yang berasal dari dalam pikiran alam bawah sadar manusia, tanpa harus di komando. Menikmati sinar matahari, embun di atas daun palm, burung yang berkicau, dan menikmati udara segar. Semua itulah yang akan tergambar di dalam alam pikiran manusia ketika membaca atau menyebut kata pagi.
Bagaimana kalau manusia membaca atau menyebut kata malam?
Gelap, bintang, bulan, awan kelam, hitam, pekat, sepi, sunyi, dan kesendirian. Semua itu seolah-olah sudah terprogram di dalam alam bawah sadar manusia. Dan hal ini juga berpengaruh dalam hal menciptakan sebuah puisi atau sajak oleh seorang pujangga. Mereka memanfaatkan setiap kode-kode yang berada didalam sebuah kata atau bahasa untuk “memberi umpan balik” terhadap apa yang di pikirkannya, sehingga akan terjadi sebuah ledakan berantai yang di sebut “imajinasi”.
Tapi pertanyaannya jika kata itu adalah “tengah malam” apa yang akan di pikirkan oleh alam bawah sadar kita?
Seseorang yang secara berlebihan menggunakan pikiran “irasionalnya”, pasti hal-hal yang tergambar ketika membaca atau menyebut kata “tengah malam” adalah; seram, hantu, Jumat Kliwon, setan, kuburan, kegaiban, dukun, dan mistis.
Jadi, apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang selalu berpikiran “rasional” ketika dia membaca/ mendengar/ menyebut kata “tengah malam”?
“Tenang dan damai.”
Kata dan kalimat itulah yang akan tergambar di dalam alam bawah sadar mereka. Dan oleh karena itu Tuhan selalu menganjurkan untuk “berdoa dan sembahyang” kepada seluruh umatNya di muka bumi ini pada saat tengah malam. Kenapa? Karena didalam pikiran yang “rasional” itu akan terbentuk sebuah “keyakinan kuat” terhadap Tuhan ketika tengah malam yang tenang dan damai, akan pula terbentuk sebuah kedekatan “yang intim” antara manusia dan Tuhannya.
Tenang dan damai.
Salam …

10 Kasus Perceraian Selebriti Paling Panas di Tahun 2010

 

Kasus perceraian pasangan selebriti di tahun 2010 boleh dibilang tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sederet pasangan artis akhirnya harus angkat tangan dan merelakan ikatan perkawinan mereka, dengan berbagai macam alasan dan penyebab. Tak hanya pasangan muda, namun juga pasangan selebriti senior juga termasuk di dalamnya.

Indahnya panggung showbiz terkadang tak bisa diterapkan di dalam rumah tangga. Berikut 10 pasangan artis yang memutuskan untuk bercerai di tahun 2010 :


1. Vira Yuniar - Teuku Ryan

Vira Yuniar - Teuku Ryan

Proses perceraian Vira Yuniar dan Teuku Ryan dimulai pada tanggal 3 Juli 2009. Setelah melalui proses panjang dan berbelit, Pengadilan Agama Jakarta Selatan akhirnya meluluskan perceraian mereka pada tanggal 20 Januari 2010. Tentang nafkah ekonomi yang selama ini diberikan oleh Ryan sempat dipermasalahkan oleh pihak Vira. Menurut Vira, Ryan tak pernah transparan dalam mengelola keuangan. Padahal Vira adalah ibu rumah tangga yang mengurusi masalah rumah tangganya.


2. Ferry Irawan - Noviana Shintawati

Ferry Irawan - Noviana Shintawati

Seperti halnya Vira Yuniar dan Teuku Ryan, perceraian Ferry Irawan dan Noviana Shintawati menempuh jalan panjang dan berliku. Bahkan, kasus tersebut diwarnai dugaan adanya perselingkuhan, poligami, hutang-piutang, perebutan anak, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Mantan istri Ferry, Noviana, sempat dituntut telah mencemarkan nama baik oleh seorang wanita bernama Anggia Novita, yang dituduh telah dinikahi Ferry. Proses perceraian yang diawali pada tanggal 12 Februari 2009 itu akhirnya berakhir pada 20 Januari 2010.


3. Senk Lotta - Fauzi Baadilah

Fauzi Baadilah - Senk Lotta

Setelah Fauzi Baadilah tiga kali mangkir menghadiri persidangan di PA Jakarta Timur, akhirnya majelis hakim memutuskan pasangan Fauzi dan Senk Lotta resmi cerai verstek pada tanggal 27 Januari 2010 lalu, sejak gugatan dimasukkan pad atanggal 23 Desember 2009. Ketidakhadiran Fauzi dalam persidangan tersebut, karena mantan suami Lotta itu sedang sibuk syuting. Perceraian Fauzi dan Lotta tersebut sempat ditengarai karena banyaknya pertengkaran di antara mereka sejak tahun 2008 lalu. Namun sayangnya, Lotta tidak mau menyebutkan apa yang menyebabkan pertikaian itu.


4. Damien Perez - Julia Perez

Damien Perez - Julia Perez

Karena menikah di Perancis, pasangan beda negara ini tak diakui secara hukum Indonesia. Sehingga saat muncul rencana untuk bercerai yang didengungkan oleh Julia Perez pada sekitar bulan April 2009 lalu, sempat membuat Damien Perez kebingungan. Karena pernikahan mereka tak diakui di Indonesia, maka saat sudah merasa tidak ada kecocokan dan ingin memutuskan berpisah, Jupe dan Damien hanya tinggal berpisah, layaknya menikah siri. Pada tanggal 5 Februari 2010 Damien mengajukan gutatan cerai atas Jupe di Perancis. Isu soal orang ketiga sempat berkembang dalam kasus perceraian mereka.


5. Gugun Gondrong - Anna Marissa

Gugun Gondrong - Anna Marissa

Kehidupan perkawina Gugun Gondrong dan Anna Marissa akhirnya harus kandas melalui sebuah perceraian. Romantisme dan ketabahan hati yang ditunjukkan oleh Anna saat sang suami menjalani operasi tumor otak hingga masa penyembuhannya sirna sudah. Anna akhirnya memutuskan untuk menjalin tali silaturahmi dengan Gugun Gondrong dalam status sebagai mantan istri. Apa yang menjadi penyebab keretakan rumah tangganya tak pernah terungkap. Namun kondisi lemah sang mantan suami pasca operasi disebut-sebut sebagai dasar pertimbangan Anna untuk hidup menyendiri.


6. Mark Sungkar - Fanny Bauty

Mark Sungkar - Fanny Bauty

Cinta yang terjaga selama belasan tahun itu kini sirna sudah sinarnya. Apa boleh buat,Mark sebagai kepala keluarga harus mengambil keputusan yang terberat dalam hidupnya, yakni bercerai dengan istri, Fanny Bauty. Kedua anaknya yang tengah merintis kariri di panggung hiburan pun tak bisa berbuat banyak. Ketidaksetujuan Mark pada keputusan sang anak untuk berkarir di masa sekolah membuat aktor gaek ini mengambil langkah yang besar. Selain itu, gosip tentang adanya pihak ketiga sempat mewarnai kasus perceraiannya.


7. Rachel Maryam - Ebes

Ebes - Rachel Maryam

Jalan mulus yang ditempuh Rachel Maryam ke kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ternyat harus 'mengorbankan' keutuhan rumah tangganya. Rumor berhembus bahwa Rachel Maryam lebih mementingkan pekerjaan ketimbang anak dan suaminya. Selain itu, dugaan adanya pria lain yang dimiliki Rachel Maryam juga sempat mengemuka. Namun demikian anggota DPR dari fraksi Partai Demokrat itu membantah keras dan malah menuding balik bahwa sang mantan suami, Ebes, yang menyebabkan kandasnya keutuhan perkawinan mereka.


8. Dewiq - Pay

Pay - Dewiq

Perceraian pasangan musisi Dewiq dan Pay sangat mengejutkan dunia permusikan maupuan para pelaku dan penggemar mereka. Maklumlah, sebelumnya nyaris tak ada masalah yang mereka hadapi, yang terungkap ke media. Faktor sulitnya mendapatkan keturunan diduga menjadi alasan Pay untuk berpaling ke lain hati. Namun Dewiq membantah rumor tersebut dan menjelaskan bahwa perceraian mereka didasari oleh beberapa alasan prinsipil dan mendasar yang tak bisa disatukan lagi.


9. Olla Ramlan - Alex Tian

Alex Tian - Olla Ramlan

Pasangan selebriti Olla Ramlan dan Alex Tian dengan sangat berat hati ikut menambah deretan panjang perceraian artis di tahun 2010. Dalam sebuah press release yang dikirimkannya kepada para wartawan, Alex mengungkapkan keputusan talaknya kepada sang istri, karena alasan perbedaan yang tak bisa disatukan lagi. Namun beberapa pihak menduga adanya pihak ketiga turut menjadi penyebab perceraian ini. Aksi gugat cerai ini sempat memicu soal keabsahan pernikahan yang mereka langsungkan di negeri Belanda.


10. Rency Milano - Rocky

Rocky - Rency Milano

Menggugat cerai, rujuk dan akhirnya benar-benar bercerai. Itulah yang dialami oleh pasangan selebriti Rency Milano dan Rocky. Sempat terlontar dari mulut Rency bahwa dirinya tak kuat menjadi istri Rocky. Entah apa yang dimaksud oleh kakak kandung Elma Theana tersebut. Namun yang jelas perceraian mereka berlangsung damai serta tak diribetkan dengan urusan pembagian harga 'gono-gini'. 

SAUDARAKU DENGAN KEBUN SAWIT SAMBUTLAH MASA DEPAN


SAUDARAKU DENGAN KEBUN SAWIT SAMBUTLAH MASA DEPAN

Golkar Klaim Pendukung Angket Terus Bertambah


SABTU, 29 JANUARI 2011 | 15:15 WIB



Berdasar data yang dimiliki Bambang, angka penandatangan usulan angket perpajakan di DPR sudah mencapai 30 orang lebih. Itu datang dari lintas fraksi minus Fraksi Demokrat dan PKB. Diyakininya, angka itu terus bertambah pada awal pekan depan.

Selanjutnya, kata dia,  bisa disetujui pimpinan DPR dan diajukan pembahasan di Badan Musyawarah. Setelah itu diagendakan pembicaraannya di rapat paripurna berikutnya. "Demokrat boleh mundur, PKB boleh mengekor, tapi angket tidak boleh surut,' ujar Bambang.

Sebelumnya fraksi Demokrat dan PKB  tidak ikut dalam dukungan angket perpajakan. Para politisinya mencabut tanda tangan yang pernah mereka bubuhkan dalam lembaran dukungan pembentukan pansus angket perpajakan.