Indonesia harus segera mengembangkan bisnis perawatan pesawat, jika tak ingin pangsa pasarnya terus dikuasai pihak asing. Dari total nilai perawatan pesawat di Indonesia, hanya 30 persen saja yang dikerjakan di dalam negeri.
Bisnis perawatan pesawat belum berkembang pesat di Indonesia, terlihat dari porsi perawatan pesawat yang hanya 30 persen dikerjakan perusahaan di dalam negeri. Sisanya, sebanyak 70 persen masih dikerjakan pihak asing.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono saat kunjungan ke Garuda Maintenance Fasility menyatakan, nilai bisnis perawatan pesawat tahun 2014 diperkirakan Rp 18 triliun per tahun untuk melayani lebih dari 1.000 unit pesawat. Menurut Bambang, pesatnya permintaan perawatan pesawat menunjukkan pentingnya investasi di sektor ini segera masuk.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Richard Budihadianto menyatakan, lambatnya pertumbuhan bisnis ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan kelengkapan suku cadang pesawat. Untuk itu menurut Richard, pembangunan pusat perawatan pesawat membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah dan investor sebagai sumber dana
Dalam soal pengembangan perawatan pesawat, Indonesia tertinggal dibandingkan negara di sekitarnya. Singapura telah mengembangkan Seletar Aerospace Park dengan investasi Rp 540 miliar di lahan seluas 140 hektar. Sementara Malaysia membangun Malaysia International Aerospace Center dengan investasi Rp 819 miliar di lahan 84 hektar
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono saat kunjungan ke Garuda Maintenance Fasility menyatakan, nilai bisnis perawatan pesawat tahun 2014 diperkirakan Rp 18 triliun per tahun untuk melayani lebih dari 1.000 unit pesawat. Menurut Bambang, pesatnya permintaan perawatan pesawat menunjukkan pentingnya investasi di sektor ini segera masuk.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Richard Budihadianto menyatakan, lambatnya pertumbuhan bisnis ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan kelengkapan suku cadang pesawat. Untuk itu menurut Richard, pembangunan pusat perawatan pesawat membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah dan investor sebagai sumber dana
Dalam soal pengembangan perawatan pesawat, Indonesia tertinggal dibandingkan negara di sekitarnya. Singapura telah mengembangkan Seletar Aerospace Park dengan investasi Rp 540 miliar di lahan seluas 140 hektar. Sementara Malaysia membangun Malaysia International Aerospace Center dengan investasi Rp 819 miliar di lahan 84 hektar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar