Selasa, 15 Februari 2011

Revolusi Kaum Muda di Mesir


Rabu, 16 Februari 2011 00:00 WIB
DRAMA revolusi yang berlangsung selama 18 hari berakhir dengan sempurna: Hosni Mubarak mundur dari tampuk kekuasaan yang sudah digenggamnya selama 30 tahun. Azmi Beshara dalam wawancaranya dengan televisi Al-Jazeera menegaskan, "Revolusi 25 Januari di Mesir adalah revolusi kaum muda yang haus perubahan."

Hosni Mubarak dalam pidato terakhirnya juga membenarkan perihal peran kaum muda dalam revolusi tersebut. Tidak seperti pidato-pidato sebelumnya, pernyataan politik pada 10 Februari lalu secara khusus dipersembahkan kepada kaum muda. "Wahai kaum muda Mesir, saatnya melihat ke depan dan melupakan masa lalu." Mubarak secara eksplisit mengakui revolusi yang bergeliat di Mesir merupakan tuntutan dari kaum muda yang sedang kehilangan harapan dan mimpi mereka.

Sayangnya, pernyataan politik mantan orang nomor satu Mesir itu terlambat. Kegagalan Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya hingga akhir September pada hakikatnya adalah kegagalannya dalam memenuhi tuntutan kaum muda: pemberantasan korupsi dan pengangguran dan penanganan melonjaknya harga sembako. Sejak aksi pertama, Mubarak terkesan mengabaikan demonstrasi kaum muda prodemokrasi dan hak asasi manusia, yang jumlahnya pada saat itu masih puluhan ribu orang.

Sebagai pemimpin yang memegang kendali penuh atas pemerintahan, parlemen, dan penegakan hukum, Mubarak tidak pernah memandang kaum muda sebagai lawan politik yang sepadan. Karena itu, ia hanya menanggapi demonstrasi kaum muda secara dingin. Namun, sikap dingin yang diambil Mubarak terhadap tuntutan kaum muda berubah menjadi petaka politik yang mampu mengakhiri kekuasaannya secara tidak terhormat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar