Ledakan bom bunuh diri Senin menewaskan sedikitnya 35 orang dan melukai lebih dari 100 di bandara internasional Domodedovo, Moskow, dalam serangan yang disebut-sebut penyelidik sebagai aksi teror.
Menurut sejumlah saksi, ledakan itu menghancurkan bagian klaim barang di ruang kedatangan di bandara terbesar Moskow itu.
"Hari ini pukul 16.32 (pukul 20.32 WIB) ledakan terjadi di ruang kedatangan internasional bandara Domodedovo," kata komite penyelidik Rusia dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara komite itu, Vladimir Markin, mengatakan, penyelidikan kriminal mulai dilakukan untuk "aksi teror" tersebut.
Seorang pejabat penyelidikan, Tatyana Morozova, mengatakan kepada kantor berita Interfax, ledakan itu terjadi di bagian klaim barang.
Juru bicara bandara Elena Galanova mengatakan, ledakan itu terjadi di daerah umum yang bisa diakses secara bebas di bandara itu, dimana penumpang menemui keluarga mereka setelah melewati pemeriksaan bea-cukai.
Sedikitnya 35 orang tewas, katanya, dan kementerian kesehatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 130 orang cedera dalam ledakan itu, 20 diantaranya dalam kondisi serius.
Perdana Menteri Vladimir Putin telah diberi tahu mengenai insiden itu, kata juru bicaranya, Dmitry Peskov, kepada Interfax.
Polisi Moskow hari Senin meningkatkan pengamanan di kota itu setelah ledakan tersebut, kata Interfax mengutip aparat penegak hukum.
Ibukota Rusia tersebut berulang kali dilanda serangan pada tahun lalu yang dituduhkan pada muslim garis keras dari wilayah Kaukasus Utara.
Dua pemboman yang dilakukan dua wanita penyerang bunuh diri di metro Moskow pada 29 Maret 2010 menewaskan 40 orang dan melukai lebih dari 100.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Pada 24 September, sejumlah penyerang bersenjata menembak mati seorang kepala sekolah di rumahnya di provinsi Dagestan, Rusia, sementara bentrokan lain menewaskan delapan orang di wilayah Kaukasus Utara.
Dalam beberapa bulan ini, serangan terhadap guru dan imam semakin sering terjadi di Dagestan, dalam apa yang disebut analis sebagai upaya gerilyawan untuk mengincar orang-orang yang mereka yakini tidak mematuhi ajaran Islam yang benar.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Pada 12 September, sejumlah orang bersenjata menembak mati seorang aparat keamanan senior di Republik Dagestan, sementara polisi membunuh sedikitnya tujuh gerilyawan.
Gapal Gadzhiyev, kepala pemberantasan ekstrimisme kepolisian Distrik Federal Kaukasus Utara, tewas ditembak di dalam mobilnya ketika ia sedang menuju tempat kerjanya di Makhachkala, kata kantor-kantor berita.
ITAR-TASS mengutip satu sumber kepolisian yang mengatakan, tujuh militan yang bersembunyi di dalam sebuah rumah di Makhachkala tewas selama operasi keamanan.
Pada 29 April, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan dua polisi dan melukai tujuh orang di wilayah Kaukasus Utara Rusia itu, kata seorang juru bicara kepolisian provinsi Dagestan.
Pelaku meledakkan bom setelah polisi menghentikan mobilnya di sebuah pos pemeriksaan sekitar 100 kilometer sebelah utara ibukota Dagestan, Makhachkala.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan bom itu terjadi sebulan setelah dua pemboman yang dilakukan wanita-wanita penyerang bunuh diri dari Dagestan menewaskan 40 orang di metro Moskow pada 29 Maret, yang meningkatkan kekhawatiran mengenai gelombang serangan baru di wilayah Rusia itu oleh gerilyawan yang berpangkalan di Kaukasus.
Pemboman Moskow itu disusul dengan sejumlah serangan mematikan di Kaukasus Utara, termasuk dua ledakan bom bunuh diri yang menewaskan 12 orang, sebagian besar polisi, di Dagestan pada 31 Maret.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar