Penari Solo, Jawa Tengah, Mugiyono Kasido (Mugi), mengusung karya terbaru berjudul "Memory Shinta" pada Festival Ramayana di Pondhicery India pada 16 Februari 2011.
"Karya yang mengambil tema figur Sinta sebagai tokoh sentral ini adalah karya dengan penari tunggal namun diiringi musik gamelan kontemporer secara langsung," kata Mugi yang juga Direktur Mugidance Solo, di Solo, Senin.
Karya itu, menurtu Mugi, memadukan berbagai unsur wayang kulit dan tari. Dirinya bertindak sebagai koreografer dan sekaligus penari, sedangkan penata musik oleh Dedek Wahyudi.
Mugi mengaku, memilih iringan gamelan kontemporer secara sederhana.Tabuhan gender dan petikan rebab, katanya, membingkai sajian tarian tunggalnya yang berudari sekitar 50 menit itu.
Ia menjelaskan, cukup minimnya alat musik yang dipilih justru menjadi kekuatan dan tantangan atas sajian karyanya itu."Jika dengan kesederhanaan sudah mampu menyampaikan misi dan memikat penonton, kenapa mesti menghadirkan yang tak perlu," katanya.
Disebutkan Mugi, ia akan menggunakan properti yang lain seperti kain merah yang cukup panjang, beberapa tokoh wayang kulit, dan sejumlah tembang Jawa saat pementasan mendatang.
Ditambahkan, tarian judul "Memory Shinta" dipilihnya untuk mengangkat berbagai perasaan dosa Sinta ketika dirinya menjadi pemicu murka Rama.
Rama, katanya, harus mengorbankan ribuan prajuritnya demi membawa pulang dirinya dari cengkeraman Rahwana.Selain itu, katanya, Sinta merasa tersinggung atas ketidakpercayaan Rama kepada dirinya. Setelah terbebas dari Rahwana, Sinta diminta Rama untuk menyucikan diri di perapian.
Festival Ramayana bertempat di Adishakti Campus dengan seluruh penampil mengetengahkan karya bertema Ramayana. Festival yang bakal berlangsung selama sepekan itu menghadirkan sejumlah penari ternama berasal dari Asia.
Dijelaskan, "Memory Shinta" sebagai karya keduanya tentang Ramayana. Pada 2001, Mugi menciptakan karya "Surat Shinta" suatu tarian topeng kontemporer dengan membawa misi perlawanan terhadap hegemoni kaum pria.
Mugidance Solo sejak 1992 hingga saat ini telah memroduksi tak kurang dari 30 karya tari kontemporer yang separuh di antaranya dipentaskan di berbagai festival di dunia seperti Lincoln Center Festival (Amerika), In Transit Festival (Jerman), Hongkong Arts Festival, dan Adelaide Festival (Australia).
Mugiyono Kasido selain berpentas, juga beberapa kali mengajar lokakarya di sejumlah festival baik di dalam maupun luar negeri. Pada 2011, Mugidance juga bakal mementaskan karya lainnya di beberapa negara di Eropa.
"Karya yang mengambil tema figur Sinta sebagai tokoh sentral ini adalah karya dengan penari tunggal namun diiringi musik gamelan kontemporer secara langsung," kata Mugi yang juga Direktur Mugidance Solo, di Solo, Senin.
Karya itu, menurtu Mugi, memadukan berbagai unsur wayang kulit dan tari. Dirinya bertindak sebagai koreografer dan sekaligus penari, sedangkan penata musik oleh Dedek Wahyudi.
Mugi mengaku, memilih iringan gamelan kontemporer secara sederhana.Tabuhan gender dan petikan rebab, katanya, membingkai sajian tarian tunggalnya yang berudari sekitar 50 menit itu.
Ia menjelaskan, cukup minimnya alat musik yang dipilih justru menjadi kekuatan dan tantangan atas sajian karyanya itu."Jika dengan kesederhanaan sudah mampu menyampaikan misi dan memikat penonton, kenapa mesti menghadirkan yang tak perlu," katanya.
Disebutkan Mugi, ia akan menggunakan properti yang lain seperti kain merah yang cukup panjang, beberapa tokoh wayang kulit, dan sejumlah tembang Jawa saat pementasan mendatang.
Ditambahkan, tarian judul "Memory Shinta" dipilihnya untuk mengangkat berbagai perasaan dosa Sinta ketika dirinya menjadi pemicu murka Rama.
Rama, katanya, harus mengorbankan ribuan prajuritnya demi membawa pulang dirinya dari cengkeraman Rahwana.Selain itu, katanya, Sinta merasa tersinggung atas ketidakpercayaan Rama kepada dirinya. Setelah terbebas dari Rahwana, Sinta diminta Rama untuk menyucikan diri di perapian.
Festival Ramayana bertempat di Adishakti Campus dengan seluruh penampil mengetengahkan karya bertema Ramayana. Festival yang bakal berlangsung selama sepekan itu menghadirkan sejumlah penari ternama berasal dari Asia.
Dijelaskan, "Memory Shinta" sebagai karya keduanya tentang Ramayana. Pada 2001, Mugi menciptakan karya "Surat Shinta" suatu tarian topeng kontemporer dengan membawa misi perlawanan terhadap hegemoni kaum pria.
Mugidance Solo sejak 1992 hingga saat ini telah memroduksi tak kurang dari 30 karya tari kontemporer yang separuh di antaranya dipentaskan di berbagai festival di dunia seperti Lincoln Center Festival (Amerika), In Transit Festival (Jerman), Hongkong Arts Festival, dan Adelaide Festival (Australia).
Mugiyono Kasido selain berpentas, juga beberapa kali mengajar lokakarya di sejumlah festival baik di dalam maupun luar negeri. Pada 2011, Mugidance juga bakal mementaskan karya lainnya di beberapa negara di Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar