Minggu, 6 Februari 2011 04:51 WIB
Tentara Nasional Indonesia
Samarinda,
Anggapan bahwa warga Thionghoa hanya ingin menggeluti dunia usaha atau dagang dibantah oleh tokoh warga keturunan di Kalimantan Timur, mengingat banyak di antara mereka berminat untuk masuk jadi anggota TNI atau PNS.
"Anggapan seperti itu keliru, pasalnya, banyak di antaranya putera dan puteri Thionghoa berminat menjadi anggota TNI, PNS, polisi dan berbagai pekerjaan yang dianggap bagian dari pengabdian terhadap negara dan bangsa Indonesia," kata tokoh senior warga Thionghoa Kaltim, H. Yos Sutomo di Samarinda, Sabtu.
Yos yang juga Penasehat Forum Komunikasi dan Persaudaraan Masyarakat Kalimantan Timur (FKPMKT) Yos Sutomo memaparkan bahwa keinginan dan minat tersebut tidak terealisasi karena kurangnya akses bagi generasi muda warga keturunan.
Yos Sutomo yang juga panitia Perayaan Tahun Baru China (Imlek) yang digelar di Hotel Bumi Senyiur Samarinda menambahkan bahwa pihaknya berharap ke depannya hal itu bisa terealisasi.
"Kami mengharapkan dukungan semua pihak, agar bisa membantu atau memberikan akses informasi terkait berbagai persyaratannya. Hal ini penting di dalam membangun nilai-nilai kebersamaan, kebangsaan dan nasionalisme bagi generasi muda," papar Yos yang juga merupakan "Bos" kelompok usaha Sumber Mas, yakni perusahaan yang bergerak di bidang industri perkayuan itu.
Pengusaha berdarah Tionghoa yang kini sukses menjalankan usaha perhotelan di Samarinda dan Balikpapan itu menilai bahwa karena generasi muda warga keturunan banyak yang bekerja di sektor non formal atau di luar lembaga pemerintah maka kadang-kadang dianggap rasa nasionalismenya rendah.
"Sekiranya ada wajib militer, maka generasi muda warga Thionghoa siap mengikutinya," ujar dia.
Ia menilai bahwa pemerintah sudah saatnya memikirkan pelaksaan Wamil itu. Pasalnya, bisa menumbuhkan rasa nasionalisme bagi generasi muda tidak hanya warga Thionghoa namun juga warga pribumi.
"Kami para orangtua mendorong bagi generasi muda agar aktif dalam berbagai lini kehidupan, jika ada kesempatan menjadi PNS, TNI, Polri dan lainnya, maka etnis Tionghoa segera mendaftarkan diri," katanya.
Dia juga mengaku bangga karena saat ini sudah ada 20 persen warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Dia juga berharap agar saudara-saudaranya sesama Tionghoa yang belum masuk Islam agar segera menjadi Muslim.
"Saya meminta etnis Tionghoa masuk Islam karena Islam itu adalah Rohmatan Lil Alamin, yakni agama yang mengayomi semua, tidak memandang suku, agama, ras maupun golongan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Kaltim Farid Wadjdy ditemui usai menghadiri perayaan Imlek mengaku mendukung sekali tekad warga keturunan yang ingin terlibat dalam berbagai lini itu.
"Mengapa tidak, semua warga Kaltim bebas menentukan pilihannya, etnis China yang sudah menetap di sini kan warga kita juga, mereka boleh menjadi PNS atau apa saja, jadi politisi juga silakan, tidak ada diskriminasi," kata Farid.
Anggapan bahwa warga Thionghoa hanya ingin menggeluti dunia usaha atau dagang dibantah oleh tokoh warga keturunan di Kalimantan Timur, mengingat banyak di antara mereka berminat untuk masuk jadi anggota TNI atau PNS.
"Anggapan seperti itu keliru, pasalnya, banyak di antaranya putera dan puteri Thionghoa berminat menjadi anggota TNI, PNS, polisi dan berbagai pekerjaan yang dianggap bagian dari pengabdian terhadap negara dan bangsa Indonesia," kata tokoh senior warga Thionghoa Kaltim, H. Yos Sutomo di Samarinda, Sabtu.
Yos yang juga Penasehat Forum Komunikasi dan Persaudaraan Masyarakat Kalimantan Timur (FKPMKT) Yos Sutomo memaparkan bahwa keinginan dan minat tersebut tidak terealisasi karena kurangnya akses bagi generasi muda warga keturunan.
Yos Sutomo yang juga panitia Perayaan Tahun Baru China (Imlek) yang digelar di Hotel Bumi Senyiur Samarinda menambahkan bahwa pihaknya berharap ke depannya hal itu bisa terealisasi.
"Kami mengharapkan dukungan semua pihak, agar bisa membantu atau memberikan akses informasi terkait berbagai persyaratannya. Hal ini penting di dalam membangun nilai-nilai kebersamaan, kebangsaan dan nasionalisme bagi generasi muda," papar Yos yang juga merupakan "Bos" kelompok usaha Sumber Mas, yakni perusahaan yang bergerak di bidang industri perkayuan itu.
Pengusaha berdarah Tionghoa yang kini sukses menjalankan usaha perhotelan di Samarinda dan Balikpapan itu menilai bahwa karena generasi muda warga keturunan banyak yang bekerja di sektor non formal atau di luar lembaga pemerintah maka kadang-kadang dianggap rasa nasionalismenya rendah.
"Sekiranya ada wajib militer, maka generasi muda warga Thionghoa siap mengikutinya," ujar dia.
Ia menilai bahwa pemerintah sudah saatnya memikirkan pelaksaan Wamil itu. Pasalnya, bisa menumbuhkan rasa nasionalisme bagi generasi muda tidak hanya warga Thionghoa namun juga warga pribumi.
"Kami para orangtua mendorong bagi generasi muda agar aktif dalam berbagai lini kehidupan, jika ada kesempatan menjadi PNS, TNI, Polri dan lainnya, maka etnis Tionghoa segera mendaftarkan diri," katanya.
Dia juga mengaku bangga karena saat ini sudah ada 20 persen warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Dia juga berharap agar saudara-saudaranya sesama Tionghoa yang belum masuk Islam agar segera menjadi Muslim.
"Saya meminta etnis Tionghoa masuk Islam karena Islam itu adalah Rohmatan Lil Alamin, yakni agama yang mengayomi semua, tidak memandang suku, agama, ras maupun golongan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Kaltim Farid Wadjdy ditemui usai menghadiri perayaan Imlek mengaku mendukung sekali tekad warga keturunan yang ingin terlibat dalam berbagai lini itu.
"Mengapa tidak, semua warga Kaltim bebas menentukan pilihannya, etnis China yang sudah menetap di sini kan warga kita juga, mereka boleh menjadi PNS atau apa saja, jadi politisi juga silakan, tidak ada diskriminasi," kata Farid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar